shape

24 Oktober Hari Dokter Nasional? Simak Sejarahnya

26 October 2021

Posted by : Admin

Facebook Share Whatsapp Share Twitter Share Telegram Share

Source from karawangpost.pikiran-rakyat.com

Sobat Salam, kalian harus tau kalo Hari Dokter Nasional diperingati setiap tanggal 24 Oktober. Hari Dokter Nasional juga identik sama hari jadi Ikatan Dokter Indonesia (IDI).

Biasanya, buat ngerayain Hari Dokter Nasional, para dokter bikin berbagai kegiatan yang ada hubungannya sama kesehatan maupun kedokteran. Misalnya kayak pengobatan gratis, senam sehat, konsultasi kesehatan gratis, dll.

Hari Dokter Nasional pertama kali disepakati saat Muktamar IDI yang terselenggara di Ujungpandang pada 22 sampe 27 Oktober 1994.

“Dalam muktamar kali ini, InsyaAllah juga akan dikumandangkan pertama kali soal ‘Hari Dokter’ pada setiap tanggal 24 Oktober,” ujar Agus Purwadianto, Ketua IDI Jakarta Pusat, sebagaimana dikutip dari Harian Kompas, 22 Oktober 1994.

Awalnya, sih, Hari Dokter Nasional dicetusin oleh peristiwa pada 24 Oktober 1950, yang saat itu organisasi IDI didirikan sebagai organisasi profesi kedokteran yang para pemimpin dan anggotanya cuman dokter Indonesia dan ga ada lagi dokter asing (Belanda).

Menurut Agus, para dokter udah nyetak prestasi dalam kurun waktu penjajahan, kemerdekaan, maupun di era pembangunan. Jadi, pencetusan Hari Dokter Nasional bukanlah sesuatu yang berlebihan.

Saat dibentuk, organisasi ini udah disebar ke berbagai kerisidenan, dan muncul istilah dokabu (dokter kabupaten), digunain buat penyebutan buat dokter yang ngabdi di daerah.

Diakui, Hari Dokter Nasional jadi bukti kalo profesi dokter merupakan profesi mulia dan sekaligus jadi sarana buat kelomok profesi ini buat ngejaga tradisi kemuliaan sama ga jatuh dalam kebrutalan moral.

Mau tau sejarahnya Ikatan Dokter Indonesia?

Meski dibentuk secara resminya di tahun 1950, persatuan dokter se-Indonesia udah ada sejak 1911 dengan dikasih nama Vereniging van Indische Artsen.

Di tahun 1926, organisasi itu berubah nama jadi Vereniging van Indonesische Genesjkundigen (VIG), yang saat masa penundukan Jepang, organisasi ini dibubarin dan diganti jadi Jawa Izi Hooko-Kai.

Tahun 1940, VIG menggelar sebuah kongres di Solo. Saat itu Prof. Bahder Djohan ditugasin buat ngebina dan mikirin istilah baru dalam dunia kedokteran.

Atas usul Dr. Seni Sastromidjojo, pada 30 Juli 1950, PB Perthabin (Persatuan Thabib Indonesia), ngusulin pertemuan yang terwujud sebagai muktamar okter Warganegara Indonesia (PMDWNI).

Saat itu, muktamar ini diketuai oleh Dr. Bahder Djohan.

Baca Juga Waspada Potensi Gelombang Ketiga Covid-19! Inilah Langkah-Langkah Menghadapinya

Source from halodoc.com

Di tanggal 22 sampe 24 September , Muktamar I IDI digelar di Deca Park, dan diresmiin di Oktober, dan dalam muktamar itu, Dr. Sarwono Prawirohardjo terpilih sebagai ketua umum IDI pertama.

Peringatan Hari Dokter, kan, udah sejak tahun 1950. Jadi, tahun ini udah 67 kali momentum Hari Dokter dirayain.

Kata “dokter” ini diambil dari bahasa latin “docere” yang punya arti “to lecture” atau mengajar. Selama lebih dari 1.000 tahun lalu di Eropa, sebutan dokter udah digunain sebagai gelar terhormat. Trus, istilah dokter sendiri artinya adalah semua profesi medis yang udah punya lisensi buat praktik dalam nyembuhin suatu penyakit.

Sebelum organisasi IDI terbentuk, para dokter di Indonesia udah nyatet dirinya sebagai salah satu pahlawan dan pejuang kemanusiaan.

Nama besar dokter kayak Dr. Sutomo, Wahidin Sudirohusodo, Tjipto Mangoenkoesomo, dan nama-nama dokter lainnya udah tercatat dalam sejarah. Ga cuman nyembuhin penyakit, tapi juga merangin penjajahan di Indonesia oleh bangsa asing.

Kalo ngeliat lagi ke masa perjuangan buat merdeka, profesi dokter di Indonesia pertama kali lahir lewat keputusan Gubernemen No. 22 tentang penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Indonesia (Nederlandsch Indie) di tanggal 2 Januari 1849.

Lewat perjalanan yang panjang, di tahun 1898, sekolah pendidikan dokter yang sebenernya dibentuk dengan nama STOVIA. Dari sekolah ini, lahirlah dokter-dokter pejuang kemerdekaan.

Sumber : kompas.com / news.detik.com

shape
shape