shape

Apa Tes Cepat Covid-19 Bisa Dipercaya?

12 August 2021

Posted by : Admin

Facebook Share Whatsapp Share Twitter Share Telegram Share

Apa Tes Cepat Covid-19 Bisa Dipercaya?Photo by rs-jih.o.id

Rapid test atau yang diartikan tes cepat molekuler, belakangan beralih menjadi kebutuhan mendesak sehari-hari. Hasil dari tes ini mendiagnosis seseorang positif atau negatif mengidap virus SARS CoV-2. Dua status ini sangat memengaruhi aktifitas kita di tengah masa pandemi.

Tes cepat pertama Covid-19 yang sekonyong-konyong tenar selama awal hingga pertengahan tahun 2020 adalah tes cepat antibodi. Guna tes ini adalah mendeteksi antibodi Immunoglobulin M (IgM) dan Immunoglobulin G (IgG) terhadap SARS CoV-2. Sampel untuk mengerjakan tes cepat antibodi adalah darah. Hasil tes keluar dalam rentang 10-15 menit.  Target yang dideteksi secara khusus IgM dan IgG karena dua protein ini memiliki peranan penting terhadap infeksi virus dalam tubuh. Antibodi IgM telah diketahui sebagai antibodi garis pertahanan pertama yang berhadapan langsung dengan virus, sedangkan IgG bertugas mengingat hasil pertarungan IgM dengan virus. Bila virus SARS CoV-2 kembali menginvasi tubuh, IgG akan maju dahulu dan mengirim respon ke antibodi lain untuk memerangi virus yang telah dikenali tersebut.

Baca Juga 7 Berita Hoaks Covid-19 yang Sampai Kini Masih Dipercaya

Tes cepat antibodi memiliki nilai ekonomis yang menjanjikan. Tidak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk sekali tes, sehingga tidak memberatkan pasien. Sayangnya, sensitivitas dan spesifisitas tes ini terbilang sangat tidak meyakinkan. Data menunjukkan bahwa tes cepat antibodi di Indonesia nilai sensitivitasnya hanya 18.4%, sementara spesifisitasnya 91.7%. Sangat besar peluang untuk seseorang mengalami hasil negatif palsu.

Setelah diteliti, kekurangan tes antibodi ini terletak pada titer atau konsentrasi IgM dan IgG per individu yang berbeda-beda. Ketika respon imun seseorang rendah, bisa jadi alat tes cepat antibodi tidak bisa mendeteksinya. Atau sebaliknya, alat bisa mendeteksi IgG meskipun orang tersebut tidak terinfeksi Covid-19. IgG lampau terbentuk karena orang tersebut pernah atau sedang terjangkit virus dari golongan Coronaviridae, virus dari famili yang sama dengan virus SARS CoV-2. Selanjutnya, Kemenkes pun menyatakan bahwasannya tes cepat antibodi tidak bisa digunakan untuk diagnostik lagi. Penggunaan tes cepat dilakukan untuk metode skrining awal Covid-19 pada kondisi keterbatasan pemeriksaan RT-PCR atau tes cepat antigen.

Jenis tes cepat molekuler lainnya adalah antigen. Perbedaan kontras antara dua tes ini adalah tes cepat antibodi mendeteksi kehadiran antibodi terhadap virus, sementara tes cepat antigen mendeteksi kehadiran virus itu sendiri di dalam tubuh. Tes cepat antigen ini mengatasi hasil bias tes cepat antibodi yang keliru membedakan antibodi IgG dan IgM tidak spesifik yang muncul bukan karena SARS CoV-2. Sampel tes cepat antigen adalah usapan nasofaring, orofaring, nasal, atau pun air liur yang menjadi markas virus SARS CoV-2 bersarang. Hasil tes keluar dalam rentang 10-15 menit juga.

Kabar baiknya, nilai sensitivitas dan spesifitas tes cepat antigen jauh lebih unggul dibandingkan tes cepat antibodi. Nilai rata-rata sensitivitas berbagai merek tes cepat antigen di Indonesia adalah 94%, sedangkan spesifitasnya 97-100%. Panduan penanganan Covid-19 dari WHO yang terbit per 11 September 2020 merekomendasikan tes cepat antigen untuk penegakkan diagnosis Covid-19 dalam keadaan keterbatasan uji usap PCR.

Dari segi ekonomis, tes cepat antigen sebanding harganya dengan tes cepat antibodi. Kisarannya 150-250 ribu rupiah. Hasil dari tes ini pun akurat (hingga presentase tertentu) dan reliable untuk beberapa hari ke depan. Perlu kalian ketahui juga, orang tanpa gejala (OTG) tidak akan lolos dari tes antigen selama virus SARS CoV-2 ada di tubuhnya.

Apabila Sobat Salam ingin melakukan Rapid Test Covid 19, Anda bisa menggunakan layanan kami! 

Pesan Sekarang!

Sumber: alomedika.com || chbp.fk.ugm.ac.id || halodoc.com || who.int

shape
shape