shape

Benarkah Kurang Tidur Mengurangi Efisiensi Kerja Otakmu?

19 August 2021

Posted by : Admin

Facebook Share Whatsapp Share Twitter Share Telegram Share

Benarkah Kurang Tidur Mengurangi Efisiensi Kerja Otakmu?

source by kompas.com

Lewat tidur tubuh kita beristirahat, sama artinya dengan merelaksasi tubuh. Tentunya untuk membuat tubuh kita santai sejenak dari aktivitas seharian dan mempersiapkannya kembali untuk aktivitas esok hari. Normalnya, waktu ideal untuk tidur tergantung oleh faktor usia. Untuk bayi hingga usia pra-sekolah, waktu tidur yang ideal adalah antara 11-17 jam. Seperti kita tahu kalau bayi lebih banyak tidur. Untuk anak-anak usia baru masuk sekolah hingga remaja, waktu tidur yang ideal antara 8-10 jam. Untuk dewasa berusia 18-64 tahun waktu tidur ideal adalah 7-9 jam. Terakhir, untuk lansia waktu tidur yang ideal adalah 7-8 jam. Para ahli sangat menyarankan untuk setiap kita memenuhi kecukupan waktu tidur demi metabolisme tubuh yang baik. Menurut penelitian, kurang tidur akan menyebabkan kurang fokus, terganggunya ritme jantung dan otak, mengalami rasa cemas tinggi, juga memicu obesitas.

Mengejutkannya, pada tahun 2019 ilmuan mengemukakan penemuannya tentang mutasi gen yang berkaitan dengan jam tidur dan fungsi tubuh setelah dicap ‘kurang tidur’. Ilmuan menamakan mutasi gen ini sebagai “Short Sleep Gene”. Seseorang yang memiliki gen ini dapat tidur antara 4-6 jam saja. Ia dapat beraktivitas normal tanpa terganggu beberapa hal di atas sekalipun seharusnya masuk ke kategori kurang tidur.

Baca Juga Apa Gaya Olahraga yang Tepat untuk Saya?

Dampak genetik lain yang memengaruhi pola tidur kita adalah gen yang mengatur jam internal biologis. Jam ini membentuk ritme sikardian setiap orang. Lalu, ritme sikardian ini yang menentukan apakah kalian tipe diurnal atau tipe burung hantu. Secara umum manusia tergolong diurnal. Diurnal didefinisikan sebagai makhluk hidup yang beraktifitas di siang hari dan tidur di malam hari. Burung hantu didefinisikan sebagai makhluk nocturnal atau makhluk hidup yang beraktifitas di malam hari. Peran genetik di sini adalah gen meregulasi jam internal biologis tersebut. Ia menjadwalkan fungsi otak untuk menyuruh tubuh merasakan lapar, melepaskan hormon-hormon secara khusus, juga metabolisme tubuh di jam-jam tertentu. Pola ini juga menjadwalkan kapan otak harus menyuruh tubuh untuk mengantuk atau terbangun. Biar pun yang membentuk ritme biologis kita adalah gen, faktor lingkungan, gaya hidup, dan faktor sosial juga ikut memengaruhi. Kita contohkan saja faktor lingkungan dan gaya hidup yakani kebiasaan-kebiasaan kita seperti mengonsumsi kopi atau obat tidur. Hal ini bisa mengacaukan genetik kita sendiri. Secara paksa kita merusakkan ritme biologis dan itulah yang menyebabkan penyakit seperti yang dibahas di atas atau kelainan tidur yang disebut sebagai insomnia. Insomnia yang berkepanjangan pun akan berakhir dengan penyakit-penyakit tersebut.

Akan lebih bagus kalau kita mengikuti anjuran cukup tidur dari para ahli, mengikuti faktor usia kita masing-masing. Jangan mencobai diri berpikir kalau mungkin saja mutasi genetik Short Sleep Gene ada pada Saya. Kemudian untuk ritme sikardian, sebaiknya kenali dahulu condong kemana golongan kita. Apabila tipe diurnal dipaksakan hidup dengan pola burung hantu pastinya ke depannya akan menganggu kerja metabolisme tubuh. Begitu juga sebaliknya. Namun, lebih direkomendasikan untuk kita mengikuti pola diurnal karena pada dasarnya manusia diciptakan sebagai makhluk yang beraktifitas di siang hari dan tidur di malam hari. Metabolisme tubuh manusia sudah dirancang seperti demikian.

Sumber: alodokter.com || halodoc.com || ucsf.edu || Shi, et al. 2019. A Rare Mutation of β1-Adrenergic Receptor Affects Sleep/ Wake Behaviours. Diakses dari cell.com

shape
shape