Tidak Semua Jenis Cairan Bisa Bersihkan Luka, Berikut Jenis Cairan yang Tepat
15 January 2023
Posted by : Yuyun Yuniar
Sobat Salam, menjaga kebersihan luka adalah faktor utama yang harus selalu diperhatikan dalam proses perawatan luka. Rutin mengganti perban pembalut luka pun harus dilakukan agar luka tetap dalam keadaan steril dan terhindar dari infeksi bakteri.
Sebelum membalut luka dengan perban yang baru, ada satu prosedur utama yang tidak boleh dilewatkan yaitu rutin membersihkan luka. Partikel-partikel halus dari bekas perban atau kapas mungkin saja bisa tertinggal pada permukaan luka. Atau bisa jadi ketika kondisi perban yang melekat pada luka, diperlukan tindakan pemberian cairan pembersih luka.
Cairan pembersih luka ini berperan penting tidak hanya untuk membersikan, namun juga dapat membantu menghentikan pendarahan pada saat pertolongan pertama. Sehingga luka dapat terhindar dari risiko terkena debu, kotoran, serta kuman dan bakteri yang dapat menyebabkan infeksi.
Namun tidak semua jenis luka perlu dibersihkan dengan cairan pembersih luka. Ada beberapa jenis luka dengan kondisi tertentu yang sebaiknya lebih diperhatikan. Cairan pembersih luka ini juga dapat digunakan ketika luka mengalami infeksi. Yang ditandai dengan bengkak, kemerahan, nyeri saat disentuh, atau bernanah.
Cairan Apa Saja yang Dapat digunakan untuk Membersihkan Luka?
Agar tidak menambah efek buruk pada luka, tentunya kita harus memilih jenis cairan yang tepat untuk membersihkan luka. Untuk mempercepat proses pemulihan luka, jenis cairan yang tepat bisa membantu agar luka cepat kering. Berikut beberapa cairan yang aman dan efektif untuk membantu membersihkan luka dan menyembuhkan luka, di antaranya :
1. Air Bersih
Aliran air bersih memang menjadi pilihan mudah dan manjur untuk membersihkan luka. Selain mudah untuk didapatkan, air bersih yang mengalir juga memiliki manfaat yang hampir mirip dengan air Saline untuk membersihkan luka. Dengan mengalirkan air selama 10-15 menit pada luka, diyakini efektif untuk membantu luka agar tetap steril.
Meski begitu ternyata penggunaan air mengalir ini hanya berlaku bagi jenis luka ringan saja. Jika Sobat mengalami luka lebih dalam, bahkan lukanya sampai mencapai otot atau tulang baiknya segera mendapatkan bantuan medis.
2. Nacl (natrium klorida) atau Saline
Cairan satu ini memiliki sifat isotonic, sehingga penggunaan cairan ini tidak mengganggu proses penyembuhan luka. Selain itu air saline tidak menyebabkan reaksi alergi atau perubahan ekosistem dikulit, karena kadar toksik dalam cairan ini sangatlah rendah.
Namun penggunaan cairan ini pada luka yang kotor atau memiliki jaringan sel-sel kulit mati dinilai kurang efektif. Hal ini disebabkan cairan Nacl tidak memiliki komponen antimikroba dan kemasannya perlu segera dibuang seterlah digunakan.
3. Povidone lodine
Masyarakat awam biasa menyebutnya dengan betadine, dan secara umum sering digunakan pada petolongan pertama saat terluka. Cairan ini dinilai cukup efektif untuk membersihkan luka. Karena cairan ini memiliki sifat antimikroba yang dapat membesmi berbagai macam pathogen pada luka. Mulai dari bakteri, virus, maupun jamur.
Penggunaan pavidone betadine juga dapat menurunkan risiko terjadinya infeksi pada luka sayatan atau luka pasca pembedahan.
Meski begitu penggunaannya tidak disarankan untuk luka dengan kondisi kronis (jangka Panjang) dan tidak boleh digunakan lebih dari 7 hari. Hal ini disebabkan sifat agen sitototosik pada cairan ini yang mungkin bisa memperlambat proses penyembuhan luka. Selain itu cairan pembersih luka ini juga dapat menyebabkan iritasi, kulit kering. Sehingga dapat menimbulkan perubahan warna pada kulit jika digunakan pada jangka Panjang.
4. Asam asetat atau asam cuka
Banyak yang menilai bahwa cairan ini efektif dalam melawan berbagai jenis bakteri maupun jamur. Selain itu, cairan ini cocok untuk membersihkan luka yang mengalami infeksi. Cairan ini bekerja aktif menurunkan pH pada luka sehingga pathogen seperti bakteri tidak dapat berkembang. Yang artinya cairan ini efektif dalam mempercepat proses penyembuhan luka.
Tapi dengan catatan, penggunaan asam asetat ini pada luka mungkin akan memberikan efek sensasi menyengat.
5. Hidrogen peroksida
Penggunaan hidrogen peroksida sebagai cairan pembersih luka juga bisa menjadi pilihan. Karena cairan ini dinilai efektif untuk membersihkan debu, kotoran, serta jaringan mati di permukaan luka. Namun cairan ini tidak dianjurkan untuk digunakan pada luka yang berukuran besar atau digunakan dalam jangka panjang. Karena cairan ini memiliki sifat yang hampir mirip dengan providone iodine yang memiliki kemungkinan memperlambat proses penyembuhan luka. Sobat juga harus menghindari pemakaian cairan yang biasa disebut obat merah ini, untuk membersihkan luka area sinus. Baiknya setelah penggunaan hidrogen peroksida sebagai pembersih luka awal, Sobat disarankan untuk menggunakan air saline untuk langkah pembersihan selanjutnya. Dengan begitu, proses pembersihan akan lebih efektif.
Kapan Cairan Pembersih Luka diperlukan?
Langkah pembersihan luka dalam perawatan luka memang penting dalam proses penyembuhan luka, agar luka dapat terbebas dari kotoran dan bakteri. Meski begitu, tidak semua jenis luka membutuhkan cairan pembersih luka.
Pembersihan luka dengan menggunakan cairan-cairan ini umumnya hanya digunakan pada jenis luka terbuka yang cenderung ringan. Contohnya, luka akibat gesekan, sayatan, atau tusukan yang berukuran kecil dan dangkal.
Sementara pada kondisi luka yang lebih parah, seperti terkoyak, luka bakar yang luar atau dalam, serta luka pada organ penting. Ada baiknya dilakukan oleh dokter maupun tenaga professional. Hal ini untuk menjamin agar prosesnya tepat dan tidak menimbulkan efek samping.