Waspada Hiperlaktasi Pada Ibu Menyusui dapat menyebabkan Gangguan Kesehatan
24 April 2025
Posted by : Yuyun Yuniar

Pengertian Hiperlaktasi
Hiperlaktasi adalah kondisi medis yang ditandai dengan produksi air susu ibu (ASI) dalam jumlah berlebihan, melebihi kebutuhan normal bayi.
Dalam kondisi ideal, tubuh ibu menyusui memproduksi ASI sesuai permintaan bayi melalui mekanisme “supply and demand.” Namun pada kasus hiperlaktasi, mekanisme ini terganggu sehingga tubuh terus memproduksi ASI meski tidak ada kebutuhan tambahan.
Kondisi ini bisa terjadi pada masa awal menyusui saat tubuh ibu masih menyesuaikan produksi ASI dengan kebutuhan bayi, tetapi jika berlangsung lebih dari beberapa minggu, hiperlaktasi dapat menyebabkan sejumlah gangguan.
Bayi yang menerima terlalu banyak ASI bisa mengalami masalah pencernaan, tersedak, dan merasa tidak nyaman saat menyusui. Di sisi lain, ibu mungkin mengalami payudara bengkak, nyeri, bahkan risiko infeksi payudara.
Apa Penyebab Hiperlaktasi?
Hiperlaktasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, baik yang bersifat fisiologis maupun eksternal. Identifikasi penyebabnya penting untuk menentukan pendekatan penanganan yang tepat.
1. Stimulasi Puting yang Berlebihan
Sering menyusui atau memompa ASI terlalu sering bisa menjadi sinyal bagi tubuh bahwa produksi harus ditingkatkan. Ini menciptakan siklus produksi berlebih karena tubuh “mengira” bayi membutuhkan lebih banyak susu dari kenyataannya.
Bahkan pemompaan yang dilakukan karena alasan pribadi—seperti untuk stok ASI—jika tidak diatur dengan baik, bisa memicu hiperlaktasi.
Selain itu, teknik menyusui yang salah, seperti memberikan dua payudara sekaligus pada satu sesi menyusui tanpa memastikan payudara pertama benar-benar kosong, juga bisa memberi sinyal bahwa tubuh perlu memproduksi lebih banyak.
2. Gangguan pada Regulasi Hormon Prolaktin
Prolaktin adalah hormon utama yang merangsang produksi ASI. Produksinya meningkat saat bayi menyusu, namun pada sebagian kasus, terjadi kelainan dalam regulasi hormon ini sehingga produksi ASI terus berlangsung walau tidak ada permintaan.
Penyebab gangguan hormonal bisa berasal dari stres, kurang tidur, hingga konsumsi obat-obatan tertentu yang meningkatkan prolaktin.
3. Kecenderungan Genetik
Beberapa ibu secara alami memiliki kapasitas produksi ASI yang tinggi. Faktor genetik memainkan peran dalam sensitivitas tubuh terhadap hormon laktasi. Dalam keluarga tertentu, bisa ditemui lebih dari satu anggota keluarga yang mengalami keluhan produksi ASI berlebihan.
Meskipun tidak semua faktor genetik bisa diubah, mengetahui adanya riwayat keluarga dengan kondisi serupa bisa membantu ibu mengantisipasi kemungkinan hiperlaktasi lebih awal.
4. Penggunaan Suplemen Laktasi
Suplemen laktasi seperti fenugreek, moringa, dan blessed thistle sering digunakan untuk meningkatkan produksi ASI. Namun penggunaannya tanpa indikasi medis atau pengawasan ahli bisa memicu produksi ASI berlebihan, terutama jika kebutuhan bayi sudah tercukupi.
Ibu yang merasa cemas produksi ASI-nya kurang kadang mengonsumsi suplemen secara berlebihan, padahal belum tentu ada indikasi medis untuk itu.
Baca juga, Inilah Manfaat Laktasi (Menyusui) Bagi Ibu dan Bayinya
5. Kaitan dengan Overactive Let-Down Reflex
Let-down reflex atau refleks pengeluaran ASI yang terlalu kuat sering menyertai hiperlaktasi. Saat refleks ini terjadi terlalu cepat dan deras, bayi bisa tersedak atau menolak menyusu.
Tubuh kemudian merespons dengan meningkatkan produksi ASI lebih lanjut, memperparah kondisi.
Bagaimana Cara Mengatasi Hiperlaktasi?
Menangani hiperlaktasi memerlukan strategi yang menyeluruh, mulai dari perbaikan teknik menyusui, konsultasi dengan ahli, hingga perubahan gaya hidup. Tujuan utamanya adalah mengatur kembali keseimbangan antara produksi dan kebutuhan bayi.
1. Teknik Block Feeding
Block feeding adalah teknik menyusui dari satu payudara dalam rentang waktu tertentu (misalnya 3–4 jam) sebelum berpindah ke payudara lainnya. Cara ini membantu tubuh mengurangi sinyal produksi ASI dari payudara yang tidak digunakan.
Dengan hanya menggunakan satu payudara untuk beberapa sesi menyusui, ASI pada sisi tersebut akan menumpuk dan menghambat produksi alami.
2. Posisi Menyusui yang Tepat
Mengubah posisi menyusui seperti “laid-back breastfeeding” (ibu dalam posisi bersandar) dapat membantu mengontrol aliran ASI yang deras. Posisi ini juga memberi bayi kontrol lebih untuk menelan dengan nyaman.
Menghindari posisi tradisional seperti “cradle hold” saat aliran susu terlalu kuat bisa membantu mencegah bayi tersedak atau kembung akibat terlalu banyak ASI. Bayi juga lebih tenang dan menyusu dengan efisien dalam posisi yang sesuai.
3. Mengurangi Frekuensi Pengepaman
Banyak ibu yang tidak menyadari bahwa memompa ASI terlalu sering bisa menyebabkan kelebihan produksi. Jika Anda memompa ASI selain dari sesi menyusui langsung, pastikan tidak melakukannya terlalu sering kecuali atas indikasi medis.
Jika bayi sudah cukup mendapat ASI dari menyusui langsung, maka aktivitas pompa sebaiknya dibatasi.
4. Menyusui Berdasarkan Isyarat Bayi
Salah satu cara mengatasi hiperlaktasi adalah membiasakan menyusui berdasarkan tanda lapar bayi (cue feeding), bukan berdasarkan jadwal. Dengan mengikuti kebutuhan alami bayi, tubuh akan menyesuaikan produksi ASI secara alami.
Tanda lapar seperti mencari puting, mengecap bibir, dan gelisah merupakan sinyal bahwa bayi siap menyusu.
Baca juga, Tips Perawatan Bayi Usia 1 Bulan, Yuk Terapkan!
Dampak Hiperlaktasi pada Ibu Menyusui
Hiperlaktasi tidak hanya berdampak pada bayi, tapi juga menimbulkan berbagai keluhan fisik dan emosional pada ibu. Mengenali dampaknya penting agar ibu segera mendapat penanganan tepat.
1. Payudara Nyeri dan Bengkak
Produksi ASI yang berlebih sering kali membuat payudara terasa keras, nyeri, dan tidak nyaman. Jika tidak dikosongkan secara efektif, kondisi ini bisa menimbulkan pembengkakan (engorgement).
Payudara yang terus-terusan penuh juga meningkatkan risiko penyumbatan saluran ASI dan mastitis. Pembengkakan yang berkelanjutan bisa menyebabkan kerusakan jaringan dan memperparah produksi ASI.
2. Meningkatkan Risiko Mastitis
Mastitis adalah infeksi pada jaringan payudara yang biasanya terjadi karena sumbatan saluran ASI. Produksi ASI yang berlebih memperbesar risiko sumbatan jika tidak dikeluarkan dengan efektif.
Gejala mastitis meliputi demam, nyeri hebat, dan kemerahan pada area payudara.
3. Kelelahan dan Gangguan Emosional
Menangani ASI yang terus keluar dalam jumlah banyak dapat membuat ibu merasa lelah dan frustrasi. Belum lagi kekhawatiran soal bayi yang tersedak atau tidak nyaman saat menyusui.
Tekanan mental ini, jika berlangsung lama, bisa memicu stres dan meningkatkan risiko depresi pasca melahirkan. Ibu mungkin merasa gagal menyusui atau kehilangan kontrol terhadap tubuhnya.
5. Gangguan Produksi ASI dalam Jangka Panjang
Jika hiperlaktasi dibiarkan tanpa penanganan, tubuh akan terbiasa memproduksi ASI dalam jumlah berlebih. Dalam jangka panjang, ini dapat menyebabkan ketidakseimbangan hormon laktasi dan memperburuk siklus produksi.
Cara Menangani Hiperlaktasi
Untuk menangani hiperlaktasi secara optimal, diperlukan pendekatan gabungan antara strategi menyusui, perawatan fisik, dan konsultasi ahli. Tujuannya adalah untuk menstabilkan kembali produksi ASI dan menjaga kenyamanan ibu-bayi.
1. Kompres Dingin Setelah Menyusui
Mengompres payudara dengan es batu atau kain dingin selama 15-20 menit setelah menyusui dapat membantu mengurangi peradangan dan produksi ASI. Suhu dingin memperlambat aliran darah ke area payudara dan menekan refleks pengeluaran susu.
2. Pijat Lembut dan Drainase Payudara
Memijat payudara secara lembut ke arah puting setelah menyusui bisa membantu mengeluarkan ASI yang tersisa dan mencegah sumbatan. Teknik ini juga membantu tubuh menghentikan produksi secara alami jika tidak dibutuhkan lagi.
3. Batasi Konsumsi Booster ASI
Jika Anda sedang mengonsumsi suplemen penambah ASI, pertimbangkan untuk menghentikannya sementara waktu. Suplemen seperti daun katuk, fenugreek, dan moringa bisa memperburuk kondisi hiperlaktasi.
4. Dapatkan Dukungan Profesional dan Keluarga
Hiperlaktasi bisa menimbulkan beban mental dan fisik. Jangan ragu meminta bantuan keluarga untuk mengurus bayi atau keperluan rumah tangga. Selain itu, konsultasi dengan konsultan laktasi, bidan, atau dokter sangat disarankan.
Dukungan profesional dapat membuat ibu merasa lebih tenang dan percaya diri. Pendampingan ini juga membantu ibu membuat keputusan terbaik sesuai dengan kondisi masing-masing.
Bila diperlukan, Anda juga bisa menggunakan layanan perawatan bayi di rumah dari Salam Homecare yang menyediakan tenaga profesional untuk membantu perawatan bayi secara aman dan nyaman di rumah.
Kesimpulan
Hiperlaktasi adalah kondisi di mana tubuh memproduksi ASI secara berlebihan sehingga bisa berdampak pada ibu dan bayi. Meskipun produksi ASI yang melimpah terdengar positif, kondisi ini bisa menimbulkan gangguan fisik, emosional, dan menyusui itu sendiri.
Dengan memahami penyebab dan dampaknya, ibu bisa mengambil langkah tepat seperti block feeding, pemilihan posisi menyusui yang sesuai, hingga konsultasi dengan konsultan laktasi.
Ditinjau: dr. Anggi Puspitarini
Referensi Ilmiah
- Kent, J. C. (2007). How Breastfeeding Works. Journal of Midwifery & Women’s Health, 52(6), 564–570.
- Morton, J. et al. (2012). Early Hand Expression Enhances Milk Production in Mothers of Preterm Infants. Journal of Perinatology, 32(3), 234–240.
- Riordan, J. (2010). Breastfeeding and Human Lactation, 4th Edition. Jones & Bartlett Publishers.
- Lawrence, R. A., & Lawrence, R. M. (2015). Breastfeeding: A Guide for the Medical Profession. Elsevier Health Sciences.
U.S. National Library of Medicine. (2021). Hyperlactation Syndrome. MedlinePlus.