shape

Ini 5 Khasiat Pengulangan Vaksin saat Dewasa

18 August 2021

Posted by : Admin

Facebook Share Whatsapp Share Twitter Share Telegram Share

Ini 5 Khasiat  Pengulangan Vaksin saat Dewasa

Photo By Freepik

Istilah vaksinasi dan juga imunisasi sudah tidak asing di telinga kita lagi. Sebelum wabah ini merebak, vaksinasi umumnya menjadi unsur tidak terpisahkan pada penjajakan kesehatan bayi hingga batita. Belakangan, imunisasi bahkan menjadi hal fundamental di seluruh dunia. Yang perlu disayangkan bahwa banyak orang belum tahu kalau vaksinasi seharusnya diulang saat kita sudah tumbuh dewasa. Memang apa manfaatnya kita divaksinasi kembali setelah beranjak dewasa?

Tidak ada yang abadi di dunia ini. Demikian juga efek vaksin sekian belas sampai sekian puluh tahun kemudian. Besar kemungkinan kalau efektivitasnya menurun jauh dan tidak menghalangi kemungkinan luntur sepenuhnya. Vaksinasi ulang adalah tindakan preferentif atau meminimalisir risiko kita terjangkit penyakit yang mematikan. Mari kita ingat kembali kalau sasaran bayi divaksinasi sesegera mungkin saat setelah dilahirkan yaitu memicu antibodi bayi sebelum ia terpapar mikroorganisme pathogen asli di luar sana. Lalu mari kita renungkan, selama sekian belas hingga sekian puluh tahun kemudian, kira-kira sudah berapa kali kita terpapar secara berulang-ulang mikroorganisme pathogen mematikan tersebut? Tidak ada yang tahu karena mereka kasat mata bagi kita. Jadi, kalau antivirus di komputer kalian saja butuh di-update, masa antibodi kalian kalah. Nah, berikut lima senarai pengulangan vaksinasi untuk orang dewasa.

  1. Vaksin Influenza. Pastinya banyak yang terkejut ketika membaca penggalan artikel yang menyatakan vaksin untuk influenza harus dilakukan lagi. Di Indonesia vaksin ini memang agak asing digunakan khalayak. Mengingat gejala dan dampak penyakitnya dianggap cukup sepele untuk orang dewasa, yakni batuk, demam, dan nyeri otot. Tidak jarang juga orang-orang yang sudah bergejala ini masih bersekolah dan bekerja seperti biasa. Tak lain tak bukan karena influenza dipukul rata sebagai pilek atau masuk angin. Padahal, bukan berarti warga Indonesia kebal influenza. Vaksin ini direkomendasikan bagi mereka yang mudah terserang penyakit dengan gejala tersebut. Satu dosis influenza rutin diberikan satu tahun sekali.
  2. Vaksin Pneumokokus (PCV). Vaksin ini menghindarkan kita dari radang paru. Kasus penyakit radang paru atau pneumonia terus meningkat setiap tahunnya. Seiring dengan perubahan gaya hidup yang tidak sehat, misalkan merokok atau penjadi perokok pasif. Mengacu pada data sebelum pendemi Covid-19 meruak, pasien pneumonia berkisar 450 juta orang. Kenaikan jumlah pasien ini melonjak fantastis setelah Covid-19 menyerang. Vaksinasi ini bukan untuk merangsang kekebalan melawan SARS-CoV-2, melainkan menekan peluang keparahan penyakit. Seperti kita tahu kalau komorbid adalah faktor utama perburukan pasien Covid-19.
  3. Vaksin Hepatitis A & B. Virus hepatitis A (HAV) dan virus hepatitis B (HBV) menyerang organ hati dari akut menjadi kronis. Bisa dikatakan kalau awal mula terjangkitnya kedua virus ini adalah akibat gaya hidup yang tidak sehat. Bila tidak ditangani dengan baik, penyakit dapat berkembang menjadi sirosis lalu kanker hati. Boosting vaksin ini sangat diperlukan karena risiko terpaparnya lewat lingkungan sangat besar seiring bertambahnya usia.
  4. Vaksin Varicella (MMR). Vaksin ini tidak hanya melindungi seseorang dari cacar air tetapi juga cacar api. Pemberian ulang vaksin ini dilaksanakan setiap 20 tahun sekali.
  5. Vaksin TDP. Vaksin ini menghindarkan kita dari difteri, batuk rejan, dan tetanus. Pusat Kontrol dan Pencegahan Wabah (CDC) mengajurkan vaksinasi TDP ulang setelah dewasa paling tidak 10 tahun sekali. Target khusus vaksinasi ini adalah orang-orang yang berkesempatan besar terpapar virus ini, yakni petugas kesehatan, ibu hamil, pengasuh bayi, juga orang-orang yang sering berinteraksi dengan logam besi.

Sebelum anda melakukan vaksin, pastikan anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Sobat Salam bisa berkonsultasi dengan layanan konsultasi kesehatan kami.

Sumber: cdc.gov || who.int || sains.kompas.com || hellosehat.com || dinkes.jogjaprov.go.id

shape
shape