shape

Vaksin Jenis Baru Khusus Kamu yang Sudah Dewasa

18 August 2021

Posted by : Admin

Facebook Share Whatsapp Share Twitter Share Telegram Share

Pengertian pengulangan vaksin adalah boosting imunisasi yang dahulu waktu kecil sudah pernah kita terima. Jenis vaksin lain untuk orang dewasa yang bukan termasuk golongan pengulangan kita sebutkan sebagai vaksin khusus.

Baca Juga Ini Khasiat 5 Pengulangan Vaksin saat Dewasa

Masa pemberian vaksin khusus terbilang istimewa karena hanya dilakukan pada saat terjadi endemi atau pandemi. Penyakit endemi berarti penyakit yang meluas pada suatu area tertentu saja, tidak menyebar hingga ke mancanegara. Wabah endemi terisolir di suatu Kawasan dan pemberian vaksin bertujuan untuk pencegahan ketika kita yang akan memasuki wilayah terisolir tersebut. Lain hal dengan penyakit pandemi. Wabah pandemi merambah hingga ke skala dunia. Yang berarti risiko terpapar dirasakan secara adil oleh semua orang di dunia tanpa terkecuali. Penyakit yang menyebar saat pandemi dikendalikan dengan pemberian vaksin supaya herd immunity tercapai. Herd immunity adalah istilah yang berarti kekebalan dalam skala populasi. Berikut 5 vaksinasi jenis baru yang perlu kalian ketahui.

  1. Vaksin Covid-19. Sudah tidak mengherankan lagi kalau saat ini vaksin Covid-19 masuk ke jajaran pertama vaksin yang paling digencarkan dunia demi memutuskan rantai Covid-19. Awalnya pemberian vaksin ini diprioritaskan bagi lansia dan nakes. Sekarang, vaksin ini diadministarikan bagi populasi manusia berusia lebih dari 18 tahun dalam keadaan sehat atau rentang 3 bulan setelah sembuh dari positif Covid-19. Untuk masyarakat awam vaksin dilakukan sekali pengulangan, sementara untuk nakes diwajibakan dua kali pengulangan.
  2. Vaksin HPV. Vaksin ini khusus perempuan, diberikan sebaiknya di usia remaja. Vaksinasi HPV bertujuan mencegah perempuan terkena kanker mulut rahim (serviks). Pemberian vaksin penting dilakukan sebelum perempuan tersebut melakukan hubungan seksual. Apalagi menurut data WHO dari Kemenkes per tahun 2019, 24 dari 100,000 perempuan Indonesia terjangkit penyakit ini, menjadikan Indonesia sebagai negara dengan kasus kanker serviks tertinggi di dunia. Dosis yang tepat adalah tiga kali untuk perlindungan maksimal, yakni 1-2 bulan setelah vaksinasi pertama. Berikutnya, vaksinasi ketiga setelah jeda 6 bulan dari vaksinasi kedua.
  3. Vaksin yellow fever. Sebenarnya waktu kecil kalian harusnya pernah divaksinasi ini. Walau begitu, pengulangan vaksin ini bersifat tidak urgen. Salah satunya adalah karena kasus meningitidis atau demam kuning terbilang kecil angkanya terjadi di Indonesia. Demam kuning cenderung disebutkan sebagai penyakit endemi. Orang dewasa yang mau berpergian ke negara tertentu contohnya ke benua Afrika dan umrah haji harus mendapatkan vaksin ini.
  4. Vaksin rabies. Nama penyakitnya dikenal dengan anjing gila. Penyebar virus penyebab rabies ini adalah hewan yang terinfeksi lalu menularkan ke manusia lewat gigitan. Vaksin ini direkomendasikan bagi orang dewasa yang sering melakukan kontak dengan hewan, contohnya dokter hewan, pekerjaan yang berhubungan dengan kebun binatang atau hutan atau area konservasi satwa, juga pelancong ke daerah endemik rabies.
  5. Vaksin korela. Kolera adalah salah satu wabah paling mematikan di abad 19. Mulanya WHO menetapkan kolera sebagi endemi dari India. Tahun 1961 wabah ini diubah statusnya menjadi pandemi sejak menyebar hingga ke Asia Tenggara, Afrika, dan Amerika. Namun, setelah vaksin korela berhasil diciptakan, transmisi wabah kolera telah berada bawah kendali, sehingga status kolera di abad 20 berubah kembali menjadi endemi. Bakteri penyebab kolera ditularkan lewat sanitasi buruk yang telah tercemar bakteri pathogen ini. Pemberian vaksin ditujukan untuk warga negara yang di negaranya masih menerima transmisi kolera, yakni Afrika dan beberapa negera di Asia seperti Bangladesh dan Yemen. Pelancong dari luar negeri tersebut wajib divaksinasi bila melakukan perjalanan ke daerah tersebut.

Sobat Salam juga bisa bertanya seputar kesehatan melalui layanan konsultasi kesehatan kami.

 

 

Sumber: cdc.gov || hellosehat.com || klikdokter.com || alodokter.com || who.int || ecdc.europa.eu

shape
shape