shape

6 Fakta Trend Vaksin Pertama di Indonesia: Sinovac

02 September 2021

Posted by : Admin

Facebook Share Whatsapp Share Twitter Share Telegram Share

6 Fakta Trend Vaksin Pertama di Indonesia: Sinovac

Sumber : bbc.com

Kalian masih ingat kehebohan pada Desember 2020 mengenai Presiden kita menjadi orang pertama yang divaksinasi demi menaklukan ketakutan dan isu-isu yang beredar di masyarakat? Saat itu vaksin yang digunakan adalah Sinovac. Vaksin ini merupakan vaksin pertama yang masuk ke Indonesia. Tidak mengherankan kalau distribusi vaksin Sinovac lebih cepat ke berbagai penjuru negara karena infeksi pertama terjadi di China. Otomatis riset pengembangan vaksin pertama terjadi di China.

Baca Juga Ada Kandungan Aluminium dalam Vaksin Covid-19? Apa Efeknya ke Tubuh Kita?

1. Identitas Sinovac. Sinovac adalah tipe vaksin inactivated. Jadi, kandungan vaksin Sinovac adalah SARS-CoV-2 yang dibuat tidak aktif lagi. Begitu masuk ke tubuh, vaksin Sinovac akan menstimulasi respon imun terhadap SARS-CoV-2 tanpa terjangkit virusnya langsung. Salah satu komponen booster yang terkandung dalam vaksin Sinovac adalah adjuvant aluminium hidroksida (silahkan baca artikel tentang adjuvant garam aluminium). Lalu sama seperti vaksin AstraZeneca, vaksin ini telah melalui trial uji klinis sebanyak tiga kali dan menurut validasi WHO tanggal 1 Juni 2021 dapat digunakan sebagai vaksin massal. Sepertinya ada kronologi tanggal yang aneh ya

Baca Juga Di Balik Rupa-Rupa Isu Vaksin AstraZeneca

2. Daya Tangkal terhadap Covid-19. Berdasarkan laporan evaluasi dari WHO per 11 Juni 2021, efikasi vaksin Sinovac setelah dua dosis adalah 51% terhadap Covid-19. Walau begitu, presentase melawan gejala sakit yang parah hingga perlu dirawat di rumah sakit akibat Covid-19 sebesar 100%. Untuk interval dosis pertama ke dosis kedua yakni 14 hari. Beda cukup jauh dengan AstraZeneca ya. Maka dari itu, kalian yang menerima vaksin Sinovac harus teliti mengenai jadwal vaksinasi Sinovac.

3. Ada Booster Ketiga. Banyak orang tidak tahu informasi ini. Vaksinasi Sinovac yang dianjurkan ternyata 3 dosis, bukan hanya 2. Apabila rentang waktu dosis pertama ke kedua adalah 14 hari, jeda ke dosis ketiga adalah 6-7 bulan setelah dosis kedua. Gunanya adalah boosting imunitas terhadap Covid-19 yang mulai menghilang setelah dosis kedua.

4. Efektifitas terhadap Varian Baru. Beberapa varian baru telah teruji. Setelah dipantau berdasarkan uji klinis di Brazil, Sinovac tidak efektif melawan varian Gamma (p1). Uji klinis dilanjutkan untuk mengetahui kemampuan vaksin membuat seseorang yang telah positif Covid-19 menjadi negatif (baik bergejalan maupun tidak). Efektifitasnya yakni 71% terhadap varian Beta, 68.9% terhadap varian Gamma, dan 80% terhadap varian Delta (p2). Nah, tahukah kalian fakta kalau Indonesia termasuk peserta uji klinis ini?

5. Kelompok Usia yang Diperbolehkan. Kelompok usia yang boleh menerima vaksinasi Sinovac adalah antara 18-59 tahun. Sayangnya, orang-orang berusia di atas 60 tahun tidak direkomendasikan untuk divaksinasi Sinovac lantaran belum banyaknya data uji klinisnya. Demikian juga untuk ibu hamil dan menyusui. Walau begitu, mengacu pada banyak vaksin lama yang komposisinya sama-sama inactivated virus dengan adjuvant garam aluminium, seharusnya vaksinasi Sinovac aman untuk golongan ibu hamil dan menyusui. Namun, kembali lagi perlunya konsultasi ke ahli medisnya agar terhindar dari faktor tidak diinginkan. Bagaimana dengan orang-orang berkomorbit? Seperti telah dijelaskan pada artikel Vaksinasi AstraZeneca kalau komorbit bisa menjadi salah satu faktor uang memicu efek tak diinginkan. Tapi orang-orang dengan komorbit jauh lebih berisiko terhadap kematian bila benar-benar terjangkit Covid-19. Kuncinya adalah konsultasi dan pemantauan jejak medis kalian

Baca Juga Benarkah Vaksin Covid-19 Hanya untuk Kalangan 18 Tahun ke Atas?

6. Dampak Jangka Pendek. Kalau diperhatikan di media massa, sepertinya dampak buruk kesehatan jangka pendek setelah vaksinasi Sinovac tidak sebanyak dengan AstraZeneca? Apa benar begitu? Catatan hasil uji klinis dan update dari WHO mengatakan kalau sakit kepala, nyeri tubuh, kelelahan, meriang, batuk, pilek, diare, sakit di perut, dan segala macamnya tetap bisa terjadi pada partisipan vaksinasi Sinovac. Jadi terbukti kalau memang dampak kesehatan yang tidak diinginkan ini memang bisa terjadi pada semua jenis vaksin. Andaikata respon tubuh semua orang 100% dapat diprediksi, dokter jaga saat vaksinasi pastinya tidak lagi diperlukan.

Sobat Salam sudah divaksin belum? Vaksin apa yang ada di daerahmu sobat? Meski beragam jenis vaksinnya, tapi tetap satu tujuan yaitu membentuk kekebalan tubuh dari covid-19! Jika Sobat Salam perlu pemeriksaan covid-19 di rumah, Hubungi Salam Homecare saja yuk! Konsultasi dan cek kesehatan gratis loh !

Sumber : who.int || health.detik.com

shape
shape