shape

Buah Segar vs Jus Buah

19 August 2021

Posted by : Admin

Facebook Share Whatsapp Share Twitter Share Telegram Share

Buah Segar vs Jus Buah

Photo by Zlatko Đurić on unsplash.com

Rupa buah yang paling doyan dikonsumsi orang segala usia ialah jus. Selain rasanya yang manis sedap di lidah, jus buah juga praktis untuk dikonsumsi. Produk olahan buah yang satu ini banyak sekali dikomersialkan dalam kemasan yang mudah diperoleh dan dibawa kemana saja. Berita baiknya, dengan meneguk segelas jus buah kita sudah memenuhi setengah kebutuhan harian tubuh kita akan buah. Masalahnya adalah, seberapa yakinkah kalian kalau jus yang kalian minum itu murni jus buah?

Apakah kalian pernah sekadar membaca label nutrisi pada kemasan jus buah? Atau apakah kalian sadar berapa jumlah gula yang dimasukkan ke blender oleh pedagang jus buah? Yang paling parahnya, apakah kalian sadar sebagai senyawa pemanis gula sering kali digantikan oleh susu kental manis? Mengetahui tiga pertanyaan ini, nilai gizi buah yang seharusnya kita dapatkan malah menjadi krisis kesehatan bagi kita.

Baca Juga Sayur vs Buah

Sekali lagi ditekankan kalau konsumsi buah adalah baik buat tubuh. Buah mengandung tinggi serat, vitamin, dan mineral. Kandungan gula pada buah pun dikatakan sebagai sumber energi baik untuk tubuh karena gulanya alami. Di beberapa jenis buah seperti alpukat bahkan mengandung lemak tidak jenuh yang bisa memerangi lemak jenuh yang kalian dapatkan dari fast atau junk food. Semua kebaikan buah ini bisa kamu dapatkan kalau buah ini dimakan dalam keadaan segar (bukan olahan). Sekali pun rasa buah normalnya sudah manis, namun saat diekstrak rasa manisnya berkurang. Beberapa jenis buah bahkan cenderung kehilangan aroma khas buahnya. Dan hal tersebut membuat produk olahan buah terancam tidak dilirik oleh pembeli. Dengan demikian, produsen jus buah dalam kemasan atau pedagang buah mau tidak mau harus menambahkan senyawa aditif untuk menguatkan rasa manis dan atau aroma khas dari buah itu sendiri. Senyawa aditif itu adalah bahan kimia, yang dalam faedahnya kita tahu kalau mengonsumsi bahan kimia dalam jangka waktu panjang pastinya menjadi racun buat tubuh kita.

Beralih pada mekanisme tubuh kita dalam menyambut buah ke dalam sistem pencernaan. Tahukah kalian kalau di dalam ludah kalian terdapat enzim yang bisa memecah polisakarida (molekul gula kompleks) menjadi lebih sederhana? Selama proses mengunyah, buah dihancurkan secara mekanik. Ludah yang mengandung enzim tersebut membantu proses pencernaan secara kimiawi (lebih tepatnya biokimiawi. Saya perjelas supaya kalian tidak bingung dengan istilah aditif yang sama-sama menggunakan kata-kata kimia). Selama proses pencernaan dalam mulut itu lah rasa manis terdeteksi oleh lidah kita. Tidak selesai sampai di sana karena di dalam mulut bentuk gula dari buah belum sampai yang paling sederhana. Proses ini masih terus berlanjut hingga ke lambung, usus, bahkan sampai tinggal berupa ampas yang harus dibuang tubuh lewat rektum. Ketika kita ‘memakan’ buah (bukan minum), proses pencernaan berjalan secara bertahap. Otomatis, proses penyerapan juga bertahap. Ketimbang kita ‘meminum’ buah yang berarti buah langsung meluncur ke lambung dan sebagai cairan melanju ke ginjal untuk disaring. Pengendalian gula darah jauh lebih sulit pada buah yang berupa jus dibandingkan segar. Gula pada jus buah yang seperti dibahas sebelumnya adalah kombinasi bahan tidak alami tidak bisa direm masuk ke dalam darah. Secara tidak langsung, kita menggenjot gula ke dalam darah tanpa saringan. Jadi, ke depannya, manakah yang kalian pilih untuk dikonsumsi?

Sumber: healthline.com || halodoc.com || hellosehat.com || who.int || Bray, G. A. 2010. Fructose: Pure, White, and Deadly? Fructose, by any Other Name, Is a Health Hazard

shape
shape