Kenalan Sama WGS, Yuk! Apa Bedanya dengan PCR?
29 December 2021
Posted by : Admin
Sobat Salam, sekarang ada metode pencegahan Covid-19 yang makin meningkat di Indonesia yaitu dengan ngegunain Whole Genome Sequencing (WGS). Hal ini juga udah disampein sama Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, dalam konferensi pers virtual di YouTube Kementerian Kesehatan.
“Kami tingkatkan persentase WGS dari seluruh kasus konfirmasi yang terjadi, rencananya WGS akan kami naikkan 10 persen, sehingga pemeriksaannya akan lebih cepat,” ujar Budi Gunadi, kamis (16/12/2021).
Tujuan tes dengan metode Whole Genome Sequencing (WGS) adalah biar dapet informasi tingkat tinggi tentang varian bakteri atau organisme tertentu dengan satu kali tes.
Baca Juga : Varian Omicron Udah Ada di Indonesia? Inilah Penjelelasannya!
Perbedaan Whole Genome Sequencing (WGS) dan PCR
Dalam keterangan tertulis, Pusat Pengendalian dan pencegahan Penyakit (CDC), ngejelasin Whole Genome Sequencing (WGS) adalah istilah kuncinya ada pada “genom” yang punya arti materi genetik. Gimana, sih, Whole Genome Sequencing (WGS) ini ngelacak varian baru virus Corona Omicron?
Pemeriksaan dengan Whole Genome Sequencing (WGS) yang ngandelin genetiklah, yang ngejadiin berbagai varian virus Covid-19 bisa dengan mudah terlacak. Tentu aja Whole Genome Sequencing beda dari tes PCR.
Metode dengan tes WGS bisa digunain buat ngenalin varian virus atau organisme. Sementara tes PCR hanya bisa digunain buat ngedeteksi keberadaan virus di dalam tubuh manusia.
Selain itu, sifat fleksibel dan skalabel dari teknologi pengurutan generasi berikutnya (NGS) bikin metode ini juga berguna buat ngurutin spesies apapun, misalnya ternak, tanaman, atau mikroba terkait penyakit yang penting secara pertanian.
Dikutip dari cdv.gov, WGS bisa ngasih data yang lebih rinci dan tepat buat ngeidentifikasi wabah dibandingin sama teknik standar yang saat ini digunain.
Baca Juga : Inilah Langkah Untuk Antisipasi Lonjakan Kasus Covid-19 di Akhir Tahun
Cara Kerja Whole Genome Sequencing (WGS)
Para ilmuwan dalam keterangan tertulis CDC, ngejelasin proses pengurutan basa dalam genom pada proses Whole Genome Sequencing (WGS) dengan empat langkah utama. Apa aja?
1. Ngelakuin pemotongan DNA
Para ilmuwan dalam ngeidentifikasi organisme dengan WGS adalah dimulai dari ngelakuin pemotongan DNA organisme tersebut.
Alat yang digunain adalah gunting molekuler yang terdiri dari jutaan basa: A, C, T, dan G, menjadi potongan-potongan yang cukup kecil buat dibaca oleh mesin yang bisa ngurutinnya.
2. Ngelakuin pengkodean batang DNA
Setelah ngelakuin langkah yang pertama, berikutnya mulai nambahin potongan kecil tag DNA, atau kode batangnya.
Metode penelitian ini ditujukan buat ngeidentifikasiin potongan DNA mana yang dimiliki bakteri mana. Ini mirip dengan gimana barcode ngeidentifikasiin produk di toko kelontong atau mini market.
3. Ngelakuin sekuensing seluruh genom
Langkah ketiga adalah mulai ngelakuin sekuensing genomnya. DNA berkode batang yang udah didapet dari banyak bakteri, langsung digabungin dan dimasukkin ke dalam sekuenser genom keseluruhan.
Sequencer ini bekerja ngeidentifikasiin A, C, T, dan G atau basa yang ngebentuk tiap urutan organisme yang diidentifikasi.
4. Ngelakuin analisis data
Ini adalah langkah terakhir, dengan mulai ngegunain alat analisis komputer. Ini buat ngebandingin urutan bakteri atau organisme dan ngeidentifikasi perbedaan.
Baca Juga : Mau Tau? 6 Jenis Vitamin yang Dibutuhin Tubuh Tiap hari
Sejarah Penggunaan Whole Genome Sequencing (WGS)
Adanya metode pengurutan basa dengan WGS yang efektif dan efisien tahu soal karakteristik suatu organisme ga semata-mata muncul gitu aja.
CDC ngejelasin kalo WGS pertama kali digunain di tahun 2013 buat ngedeteksi wabah yang disebabin bakeri mematikan Listeria. Sejak saat itu, WGS memungkinkan para ilmuwan buat:
- Ngelakuin deteksi lebih banyak kelompok penyakit Listeria.
- Mulai nyelesain lebih banyak wabah Listeria saat masih dalam skala kecil.
- Mampu ngehubungkan pasien yang sakit dengan kemungkinan sumber makanan penyebab penyakit.
- Ngelakuin identifikasi sumber makanan baru Listeria, kayak apel karamel dan es krim.
Mulai saat itulah, CDC dengan cepat memperluas penggunaan WGS atau pengurutan seluruh genom di laboratorium oleh para ilmuwan buat nyelidikin wabah patogen bawaan makanan lainnya. Mulai dari Campylobacter, E. coli penyebab toksin Shiga (STEC), dan Salmonella.