Politisi – Diskriminasi Vaksin Covid-19, Jokowi Singgung Hal Tersebut di Sidang PBB
25 September 2021
Posted by : Admin
Sobat Salam, diskriminasi vaksin Covid-19 antar negara masih terjadi. Menurut Presiden Joko Widodo, masalah ketimpangan vaksin harus diselesaikan dengan langkah nyata. Hal tersebut beliau sampaikan ketika berpidato dalam Sidang Majelis Umum ke-76 PBB, Kamis, 23 September 2021 lalu. Disebutkan juga tentang kapasitas dan kecepatan antar negara dalam menangani Covid-19 termasuk dalam vaksinasi, sangat berbeda.
“Politisi dan diskriminasi terhadap vaksin terus berlangsung. Kita harus menyelesaikan masalah ini dengan langkah-langkah kongkret,” ujar Jokowi seperti disiarkan di kanal Youtube Sekretariat Presiden, Kamis, 23 September 2021.
“Kapan masyarakat akan terbebas dari pandemi? Kapan perekonomian akan segera pulih dan tumbuh inklusif? Bagaimana menjamin ketahanan planet ke depan? Serta kapan dunia akan terbebas dari konflik, terorisme dan perang?” tanya Jokowi, membuka pidatonya.
Menurutnya, dunia harus menata ulang arsitektur keamanan kesehatan global demi terwujudnya pemerataan kesehatan. Sebab, tidak ada satu negara pun aman sampai seluruh negara aman dari Covid-19.
“Pertama, kita harus memberikan harapan bahwa pandemi Covid-19 akan bisa tertangani dengan cepat, adil, dan merata,” kata Jokowi.
Baca Juga Viral! Beredar Pesan Berantai Pendaftaran Vaksin Nusantara. Benarkah?
“Kita tahu bahwa no one is safe until everyone is. Kemampuan dan kecepatan antar negara dalam menangani Covid-19 termasuk vaksinasi sangat timpang,” ucapnya
“Mekanisme baru diperlukan untuk memobilsasi sumber daya kesehatan global/ yang meliputi pembiayaan, vaksin, obat-obatan, peralatan medis, serta petugas kesehatan di seluruh dunia, secara cepat dan adil,” ujarnya.
Selain itu, ia mengatakan bahwa standar protokol kesehatan global harus segera disusun. “Kita perlu menetapkan standar protokol kesehatan global dalam kegiatan lintas batas, seperti kriteria vaksin, hasil tes, dan kondisi medis lainnya,” lanjut Jokowi.
Kemudian, Presiden Jokowi juga menyerukan agar negara berkembang harus diberdayakan menjadi bagian dari solusi. Kapasitas manufaktur lokal harus dibangun agar kebutuhan vaksin, obat-obatan, dan alat kesehatan bisa tersedia secara cepat dan merata di seluruh dunia. “Indonesia berkomitmen dan mampu menjadi bagian dari rantai pasok global,” tuturnya.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa vaksin virus corona masih berada di luar jangkauan negara-negara termiskin.
Baca Juga Benarkah Persediaan Vaksin Covid-19 di Dunia Tidak Merata dan Negara-Negara Maju menimbunnya?
“Hampir 900 juta dosis vaksin telah diberikan secara global, tetapi lebih dari 81 persen telah diberikan ke negara-negara berpenghasilan tiggi atau menengah ke atas, sementara negara-negara berpenghasilan rendah hanya meneriman 0,3 persen,” kata Tedros.
“Negara berpenghasilan rendah menguji kurang dari 5 persen sebanyak negara berpenghasilan tinggi, dan mayoritas negara masih kesulitan mengakses oksigen dan deksametason yang cukup,” kata Tedros, merujuk pada steroid murah yang ditemukan untuk membantu pasien yang menderita Covid-19 parah, satu-satumya pengobatan yang disetujui WHO untuk penyakit tersebut.
Dana Moneter Internasional (IMF) menilai vaksinasi global saat ini berjalan tidak adil bagi negara berpenghasilan rendah. Negara-negara yang mayoritas berada di
akan menghadapi tingkat vaksinasi paling lambat dibanding yang lainnya.
“Negara-negara berpenghasilan rendah yang sebagian besar ada di Afrika, tidak dapat mengakses vaksin yang cukup untuk memenuhi tujuan global yang mencakup 10 persen penduduk seluruh dunia pada September dan 40 persen pada akhir 2021. Apalagi, mencapai tujuan Uni Afrika 70 persen pada 2022,” demikian tertulis dalam keterangan resmi IMF, Jumat (27/8).
IMF meminta produsen vaksin untuk mempriotaskan dan memenuhi kontrak pengiriman vaksin ke fasilitas vakisn yang dibuat WHO yakni COVAX dan African Vaccine Acquisition Trust (AVAT). Prosuden vaksin diharapkan dapat mendistribusikan vaksin dnegan perkiraan pasokan yang jelas dan teratur, termasuk meminta kerjasama negara-negara maju yang sudah mencapai vaksinasi lebih cepat.
Sumber : merdeka.com || nasional.tempo.co || rmol.id || m.antaranews.com || katadata.co.id