Protein Hewani vs Protein Nabati (Part 1)
17 August 2021
Posted by : Admin
Photo by Logan Jeffrey on unsplash
Protein menyusun 20% tubuh kita. Sisanya? 60% air dan 20% lagi adalah kombinasi karbohidrat, lemak, dan nutrisi mikro. Kebutuhan terhadap air berada di ranking pertama buat manusia (dan tentunya untuk semua makhluk hidup). Ranking keduanya baru protein. Jadi, ketahuan sekarang selain air, prioritas level berikutnya yang harus kita saksama perhatikan untuk dikonsumsi adalah protein.
Begitu berarti 20% peran protein bagi keadaan tubuh kita. Seperti yang sudah kita pelajari dari buku IPA sejak Sekolah Dasar, protein merupakan penyusun struktur tubuh, agen transportasi molekul-molekul dalam tubuh, pengirim sinyal dan regulator hormon, penyusun mayoritas komposisi enzim, dan daya tahan tubuh. Daya tahan tubuh? Ya, kita kembali berbicara soal antibodi! Ternyata, protein melalui wujudnya sebagai antibodi melawan invasi virus dan bakteri jahat. Protein pun menjadi pasukan pertama juga utama untuk memperbaiki bagian tubuh yang rusak seusai pertarungan sengit itu.
Apa yang sebenarnya menjadi antagonis terbesar kondisi kesehatan kita? Jelas sakit penyakit. Kondisi internal yang abnormal seperti autoimun berada di luar jangkauan kendali kita. Namun, kondisi sehat atau sakit esok hari masih berada dalam jangkauan kita. Nah, setelah kita tahu yang berperan besar dalam pengelolaan daya tahan tubuh kita adalah protein, mari kita gali lebih dalam protein apa yang bagus untuk kita konsumsi.
Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi dua: protein hewani dan nabati. Dari namanya saja sudah bisa ditebak darimana masing-masing diperoleh. Protein hewani bisa kalian peroleh dari mengonsumsi daging atau produk olahan dari hewan seperti susu dan telur. Protein nabati bisa kalian dapatkan dair mengonsumsi tumbuhan, misalkan saja kedelai. Kedua jenis protein sama-sama mudah diperoleh di sekitar kita. Pertanyaannya, lebih bermanfaat banyak mengonsumsi yang mana? Lalu apakah protein yang satu lebih baik daripada protein yang lainnya?
Protein di dalam tubuh akan melewati proses yang namanya katabolisme. Bioproses ini mengijinkan protein dipecah hingga menjadi bentuk molekul terkecil yang bisa dimanfaatkan oleh tubuh. Kalau diserasikan dengan karbohidrat, bentuk molekul terkecil pada pati yang dikandung nasi atau kentang adalah glukosa. Kalau bentuk terkecil dari protein dinamakan asam amino. Tubuh kita memerlukan 20 macam asam amino. Setiap jenis makanan pastinya menyumbang asam amino yang bervariasi. Pada umumnya, dibandingkan protein nabati, protein hewani cenderung mengandung lebih banyak macam asam amino. Semakin lengkap asam amino yang bisa kita dapatkan dari makanan yang kita makan akan semakin bagus. Selain itu, dari segi kemudahannya dicerna (proses pemecahan menjadi asam amino tadi), protein hewani terbukti lebih mudah dicerna daripada protein nabati. Dokter gizi mengukur kemampuan digesti asam amino ini melalui Nilai Kemampuan Cerna Asam Amino (DIAAS). Pada daftar DIAAS, semakin tinggi nilainya, semakin mudah dicerna dan berarti semakin mudah diserap juga oleh tubuh. Standar minimal nilai 100 adalah protein berkualitas baik untuk dicerna. Contoh DIAAS sebagai berikut.
Jenis Protein |
DIAAS |
Kualitas |
Gandum |
40 |
Rendah |
Nasi |
59 |
Rendah |
Dada ayam |
108 |
Tinggi |
Susu |
114 |
Tinggi |
Tampaknya protein hewani jauh lebih unggul dari kelengkapan dan segi kualitas cernanya dibandingkan dengan protein hewani. Tapi para vegetarian jangan kecewa dulu. Kalian bisa mengimbangi soal kelengkapan asam amino yang tersedia dengan makan lebih banyak dan lebih beranekaragam jenis tumbuh-tumbuhan.
Lanjut Baca Protein Hewani vs Protein Nabati (Part 2)
Sumber: medlineplus.gov || hellosehat.com || pressbooks-dev.oer.hawaii.edu || eufic.org