shape

Mari Kenali Perbedaan Vaksin Astrazeneca dan Sinovac

23 September 2021

Posted by : Admin

Facebook Share Whatsapp Share Twitter Share Telegram Share

Mari Kenali Perbedaan Vaksin Astrazeneca dan Sinovac

Sumber : alodokter.com

Sobat Salam, untuk mempercepat munculnya kekebalan kelompok (herd immunity), program vaksinasi COVID-19 semakin gencar dillakukan di berbagai negara di dunia termasuk di Indonesia.

Diantara vaksin-vaksin yang beredar di negara kita, vaksin Astrazeneca dan Sinovac merupakan vaksin yang sudah banyak dilakukan. Vaksin Astrazeneca adalah vaksin yang diproduksi oleh perusahaan Astrazeneca. Sedangkan, vaksin Sinovac-CoronaVac atau biasa disebut vaksin Sinovac adalah vaksin yang diproduksi oleh Sinovac/China National Pharmaceutical Group.  Yuk, simak apa saja perbedaan kedua vaksin tersebut.

1.     Teknologi Vaksin

     a. Vaksin Astrazeneca

Vaksin Astrazeneca tidak mengandung virus Corona yang dimatikan. Namun, vaksin ini menggunakan vektor adenovirus simpanse.

Para pengembang vaksin Astrazeneca mengambil virus yang biasa menginfeksi simpanse, kemudian dimodifikasi secara genetik untuk memicu respons imun (viral vector).

“Pada vaksin viral vector, virus yang tidak berbahaya ini akan masuk ke dalam sel di tubuh kita lalu mengirim instruksi pembuatan sebagian kecil virus penyebab COVID-19. Bagian tersebut merupakan protein mirip paku (spike protein) yang ditemukan pada permukaan virus COVID-19,” tulis Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

“Sel kemudian menampilkan protein ini, kemudian sistem imun kita mengenalinya sebagai benda asing. Ini akan memicu sistem imun menghasilkan apa yang dianggap sebagai infeksi,” lanjut CDC.

Baca Juga Di Balik Rupa-Rupa Isu Vaksin AstraZeneca

     b. Vaksin Sinovac

Vaksin ini menggunakan inactivated virus atau virus utuh yang sudah dimatikan dari virus SARS-Cov-2 yang dibuat tidak aktif. Cara tersebut bertujuan agar vaksin tidak dapat menyebabkan penyakit tetapi tetap mampu memicu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi terhadap virus tersebut. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), metode ini sudah terbukti manjur dan telah digunakan dalam pengembangan vaksin lain, seperti flu dan polio.

“Hanya saja vaksin yang dibuat dengan cara ini membutuhkan fasilitas laboratorium ksusus untuk mengembangkan virus atau bakteri dengan aman, waktu produksinya relatif lama, dan kemungkinan butuh dua atau tiga dosis suntikan,” tulis WHO.

Baca Juga 6 Fakta Trend Vaksin Pertama di Indonesia: Sinovac

2.     Jadwal Pemberian Vaksin

Vaksin Astrazeneca, maksimal lamanya penyimpanan adalah 6 bulan di dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8 derajat celcius.

Jika dikeluarkan dari lemari pendingin, vaksin ini dapat bertahan pada suhu 2-25 derajat celcius salama maksimal 6 jam. Tidak boleh dibekukan dan harus digunakan dalam waktu 6 jam setelah dibuka.

Sedangkan, vaksin Sinovac bisa disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 2-8 derajat celcius dan dapat bertahan hingga 3 tahun. Vaksin ini juga harus terhindari dari paparan sinar matahari langsung.

3.     Efektivitas Vaksin

Perbedaan vaksin Astrazeneca dan vaksin Sinovac terletak pada nilai efikasi atau efektvitas. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa efektivitas vaksin Astrazeneca dalam mencegah COVID-19 adalah 76 persen, sedangkan vaksin Sonovac sebesar 56-65 persen.

Pada sebuah uji klinis tahap tiga di Brazil, penelitian menunjukkan bahwa Vaksin Sinovac memiliki efikasi sebesar 51 persen pada pasien terinfeksi virus SARS-Cov-2 yang memiliki gejala. Vaksin ini juga memiliki efikasi hingga 100 persen pada pasien terinfeksi yang memiliki gejala berat.

Walaupun kedua vaksin ini memiliki sedikit perbedaan, tetapi telah teruji dapat meminimalisasikan resiko munculnya gejala yang berat pada pasien yang terinfeksi virus SARS-Cov-2, mencegah terjadinya perburukan kondisi pada pasien, dan mempercepat penyembuhan jika terinfeksi.

4.     Efek Samping Vaksin

     a. Vaksin Astrazeneca

Dikutip dari laman GOV.UK, sebagian besar efek samping yang dihasilkan dari vaksin Astrazeneca masih dalam kategori ringan-sedang.

Sangat umum (memengaruhi lebih dari 1 dari 10 orang)

    • Nyeri, gatal, dan rasa panas di area suntikan
    • Merasa tidak enak badan
    • Menggigil atau demam
    • Sakit kepala
    • Mual
    • Nyeri sendi atau nyeri otot.

Umum (memengaruhi 1 dari 10 orang)

    • Bengkak, kemerahan, dan benjolan di area suntik
    • Demam
    • Muntah dan diare
    • Radang tenggorokan
    • Pilek dan batuk
    • Menggigil

Jarang (memengaruhi 1 dari 100 orang)

    • Nafsu makan menurun
    • Sakit perut
    • Kelenjar getah bening membesar
    • Keringat berlebih
    • Kulit gatal atau ruam.

     b. Vaksin Sinovac

Sekretaris Eksekutif Indonesia Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Rr. Julitasari Sundoro, MSc-PH, mengatakan bahwa efek samping vaksin Sinovac tidaklah berbahaya dan masih bersifat ringan.

“Misalnya efek samping lokal. Jadi nyeri pada tempat suntikan. Kita, kan, namanya dimasukin jarum, dimasukin vaksin, berarti ada reaksi lokal,” kata dr Julitasari.

“Ada juga reaksi sistemik, misalnya pegal-pegal kemudian demam ringan. Tapi itu sangat kecil karena vaksin yang tiba ini adalah vaksin yang inactivated, vaksin yang mati. Jadi, efek sampingnya itu jauh lebih kecil dari vaksin-vaksin lain yang live attenuated atau vaksin-vaksin hidup,” lanjutnya.

Baca Juga Apa Efek Samping setelah Saya Divaksin?

Baca Juga Makanan yang Dapat mengurangi Efek Samping Vaksin Covid-19. Simak, Ya!

5.     Usia Penerima Vaksin

     a. Vaksin Astrazeneca

Komite Penasihat Ali Imunisasi Nasional (ITAGI) mengatakan bahwa vaksin Astrazeneca dapat digunakan pada usia 18 tahun ke atas. Berdasarkan evaluasi lebih lanjut, rentang penyuntikkan yang direkomendasikan adalah 8-12 minggu antara dosis pertama dan kedua.

     b. Vaksin Sinovac

Sinovac telah melakukan uji klinis terhadap dua kelompok usia, yaitu dewasa (18-59 tahun) dan lansia (60 tahun ke atas).

Awalnya memang vaksin ini hanya diperuntukkan untuk usia 18-59 tahun. Namun, setelah adanya evaluasi tentang keamanan dan efektivitasnya, vaksin Sinovac bisa digunakan untuk lansia 60 tahun ke atas dengan rentang penyuntikan 28 hari antara dosis pertama dan kedua.

Baca Juga Benarkah Vaksin Covid-19 Hanya untuk Kalangan 18 Tahun ke Atas?

Itulah sobat, perbedaan antara vaksin Astrazeneca dengan vaksin Sinovac. Tentu saja keduanya sudah terbukti aman dan efektif dalam melawan infeksi virus Covid-19. Jadi tidak masalah jenis vaksinnya baik Astrazeneca maupun Sinovac.

Sumber : alodokter.com || health.detik.com || lifepack.id

shape
shape